Semalam saya kembali melakukan blog walking ke beberapa blogger lain dalam jagat maya yang kiat kompleks. Saya memaknai blog walking ini sebagai bentuk silahturrahim virtual, mencari tambahan motivasi diri dan pulang membawa pengetahuan baru. Selain itu juga sebagai hiburan setelah seharian mendampingi anak-anak dan melakukan tugas harian seorang ibu negara dalam keluarga. 

Saya mampir ke sebuah blog yang menurut saya bagus dan spesifik karena hanya fokus membahas bahasa pengkodean (coding). Sulit bagi saya untuk memahami karena butuh keahlian khusus, dan itu bukan ranah interest saya. 

Bukan isi posting blog yang menjadi ketertarikan saya akan tetapi profile penulis yang ada di menu about. Sebagai informasi saja, kebiasaan saya bila masuk ke dalam blog orang lain, pertama kali saya mencari tahu dulu informasi tentang penulis sebelum menjelajah satu persatu isi postingnya. Termasuk juga blog yang saya kunjungi ini.

Dalam menu about tersebut, penulis menuliskan beberapa keterangan diri baik itu asal usul maupun interesnya. Termasuk di dalamnya adalah cita-cita, yang menyebutkan bahwa penulis ingin "menjadi orang sukses". Apa yang menarik bagi saya atas hal ini? 

Walaupun "menjadi orang sukses" sangat umum dipakai untuk menggambarkan sebuah cita-cita (termasuk saya), akan tetapi akhirnya saya malah menyalahkan diri saya sendiri atas cita-cita itu. Hingga sedikit ada penyesalan begitu. Kenapa demikian ?

Cita-cita menjadi orang sukses menurut saya sebuah cita-cita yang salah. Karena cita-cita tersebut jadi ambiguit dan tidak terdifinisi dengan baik. Sebuah cita-cita itu perlu ada ketegasan dalam jelas karena erat kaitannya dengan langkah, upaya, usaha dan cara-cara dalam menggapainya. 

Sebagai analogi, ketika suami meminta saya membuatkan sayur bening misalnya, maka anggap saja itu menjadi cita-cita saya sesaat untuk mewujudkannya. Definisi sayur bening sangat jelas bagi saya dan secara umum berbeda dengan definisi sayur lodeh. Minimal saya sudah ada gambaran terlebih dahulu atas bahan-bahan yang diperlukan. 

Rangkaian langkah selanjutnya adalah belanja ke pasar, membeli bayam, garam, dan bumbu-bumbu yang lain yang dibutuhkan. Tidak mungkin saya membeli bahan-bahan untuk membuat sayur lodeh. Setelah itu berlanjut pada prosesi memasak air, mencampurkan bahan-bahan, mencicipi rasanya dan jadilah masakan yang namanya sayur bening. Terlepas dari rasa dan penyajiannya, tetapi itulah sayur bening yang diminta suami. 

Sama dengan cita-cita seseorang untuk menjadi dokter. Difinisi dokter sangat jelas yakni seseorang yang mempunyai keahlian menyembuhkan penyakit medis dengan ilmu kedokteran. Oleh karenanya fakultas yang harus diambil adalah fakultas kedokteran bukan fakultas hukum atau sospol. 

Setelah masuk ke fakultas ini, maka orang tersebut akan berupaya untuk mempelajari ilmu-ilmu kedokteran misal Fundamental of Biomedical Sciences (FBS), anatomi tubuh manusia dan lain sebagainya. Setelah proses dilalui dengan baik maka setelah diwisuda jadilah dia seorang dokter. 

Walaupun sudah berpredikat sebagai dokter, akan tetapi masih dokter umum belum spesialis, karena untuk menjadi spesialis membutuh keilmuan tertentu yang lebih spesifik lagi. Akan tetapi cita-cita menjadi dokter sangan jelas disini dan terdifinisi dengan baik sehingga seseorang pasti akan mudah merencanakan langkahnya dengan tepat dari awal. 

Hal ini sangat bebeda dengan cita-cita "menjadi orang sukses". Selain karena sukses itu multi tafsir, cita-cita ini terlalu luas dan menimbulkan kesulitan untuk dirumuskan cara, pola dan langkah yang harus diambil.Kata sukses itu merupakan pelangkap dari cita-cita yang terdifinisi, misal dokter yang sukses, pengusaha yang sukses dan lain sebagainya.

Jadi, jangan bercita-cita menjadi orang sukses kalau tidak mau terdampar dalam situasi yang membingungkan dan tidak fokus dalam meraihnya. Masih mending bercita-cita menjadi ibu rumah tangga, itu jelas perkerjaannya dan salah satunya adalah menerima gaji suami di awal bulan. :)



Jangan Bercita-Cita Menjadi Orang Sukses

0 komentar


Mengikuti lomba-lomba blog memang mengasikkan. Selain menumbuhkan gairah menulis, juga memacu gairah membaca. Ekplorasi tema lomba menjadi sebuah tulisan, tak jarang membutuhkan sekian banyak referensi pendukung yang mesti ditelaah, dikaji dan dipilah-pilah. Itu artinya mutlak harus membaca secara seksama atas referensi itu.


Pengalaman saya, dengan membaca referensi sebenarnya sudah memperkaya pemikiran kita. Inilah manfaat tersirat ketika mengikuti lomba blog yang saya rasakan. Dalam keadaan normal (menulis tidak untuk ikut lomba), muatan tulisan kita cenderung biasa saja. Apa kata gue, kurang lebihnya begitu. Tetapi bila tulisan tersebut diikutkan lomba maka akan dibuat sedemikian bagus dengan referensi-referensi yang kompleks mengikuti tema yang telah ditentukan. Akhirnya tersusunlah materi tulisan yang apik, layaknya sebuah tesis sederhana yang siap diuji oleh panelis.



Mengharap Menang Lomba Blog SEO : Kesia-siaan Untuk Newbie

Saya sendiri tidak tertarik mengkuti lomba-lomba blog yang ada embel-embelnya SEO. Kalau orientasinnya adalah menang, maka mengikuti lomba blog SEO adalah kesia-siaan untuk blogger kelas newbie seperti saya. Sudah pasti kalah. Faktor utamanya adalah blog saya baru seumur jagung serta tidak banyak melakukan kegiatan optimasi on maupun off page. Kenapa demikian ?



Kontes SEO mempunyai kriteria penilaian yakni posisi blog pada search engine dengan keyword tertentu. Bobot penilaiannya lebih kearah munculnya keyword pada blog pada mesin pencarian ketimbang isi materi tulisan. Artinya, sebagus apapun tulisan, kalau blog kita menempati rangking paling buncrit di search engine maka hasilnya adalah 0, alias gigit jari.



Untuk muncul di posisi teratas pada search engine, menurut pendapat mereka yang sudah master, membutuhkan banyak persyaratan teknis dan segudang kesabaran. Itu susahnya, paling tidak untuk orang seperti saya, yang ngeblog hanya untuk mencurahkan uneg-uneg atas apa yang saya lihat, saya dengar dan yang saya rasakan saja.



Kalau toh akhirnya memaksanakan diri mengikuti lomba blog SEO, itu saya maksudkan sebagai penggembira saja atau lebih tepatnya untuk menambah pengetahuan tertentu berkaitan tema lomba. Lomba SEO, terutama yang berhadiah besar, biasanya didominasi mereka yang sudah master dan telah kenyang makan garam dunia internet. Entah kalau menurut sampeyan.



Review Dan Give Away Sangat Menarik, Tetapi...

Lomba review dan menulis bebas seperti give away jauh lebih menarik bagi saya karena technically. penilaiannya tidak didasarkan pada posisi blog dalam search engine, tetapi murni pada isi materi yang dibuat masing-masing blogger. Artinya, semakin banyak referensi yang dibaca akan menghasilkan tulisan yang baik dengan gaya bahasa yang asik pula.


Lomba review dan give away ini sering diadakan oleh perorangan atau komunitas tertentu. Tujuannya tidak jauh berbeda. Biasanya seputar promosi produk, mengumpulkan ide dari blogger lain dan menjaga hubungan silaturahhamin antar blogger saja. Pola ini sangat bermanfaat untuk menaikan traffict pengunjung ke blog penyelanggara. Jauh lebih efektif ketimbang mengeluarkan duit besar untuk menyewa jasa SEO (Search Engine Optimization), SEM (Search Engine Marketing) dan SMO (Social Media Optimization)


Tetapi sangat disayangkan, lomba-lomba blog seperti ini "rentan" terjebak pada primordialisme, kolusi dan nepotisme. Independensi penyelenggara terkadang tidak benar-benar terjadi, pun demikian dengan juri. Hak prerogatif juri sebagaimana termaktub dalam ketentuan, yang bersifat mutlak dan tidak dapat diganggu gugat membuat subyektifitas juri lebih mendominasi.



Subjektifitas juri adalah hal yang sah dan dibenarkan dalam sebuah kompetisi. Menurut saya, yang tidak benar itu adalah manakala subyektifas juri terpengaruh oleh primordialisme tertentu, memutuskan karena dasar nepotisme bahkan karena sebuah kolusi. Memang tidak bisa digeneralisasi secara umum. Tetapi ada baiknya sekali-kali membuktikan dengan membandingkan tulisan yang menang tersebut dengan ratusan tulisan peserta lain dari segi esensi materi, bahasa dan data pelengkap lainnya. Anda akan mendapat jawaban.



Sebuah tulisan itu dibuat oleh penulisnya dengan mencurahkan waktu dan energi lebih, sangat disayangkan kalau harus terabaikan karena alasan tersebut di atas, dan juri gagal menemukan keunikan dan esensi pada setiap tulisan peserta.



Tidak bermaksud apriori atas lomba-lomba blog, toh saya memaknai untuk menyambung tali silahturahhim antar blogger serta menambah ilmu pengetahuan atas hal-hal baru. Terlepas apakah dinilai oleh juri yang fair dan bertanggung jawab atau tidak, Who Cares ?


Saya hanya mencatat hal itu secara subyektif, sama subjektifnya seperti keputusan juri yang merupakan sebuah paradoks. Keep Blogging !

Paradoks Lomba

0 komentar
Paradog


Mengikuti lomba-lomba blog memang mengasikkan. Selain menumbuhkan gairah menulis, juga memacu gairah membaca. Ekplorasi tema lomba menjadi sebuah tulisan, tak jarang membutuhkan sekian banyak referensi pendukung yang mesti ditelaah, dikaji dan dipilah-pilah. Itu artinya mutlak harus membaca secara seksama atas referensi itu.

Pengalaman saya, dengan membaca referensi sebenarnya sudah memperkaya pemikiran kita. Inilah manfaat tersirat ketika mengikuti lomba blog yang saya rasakan. Dalam keadaan normal (menulis tidak untuk ikut lomba), muatan tulisan kita cenderung biasa saja. Apa kata gue, kurang lebihnya begitu. Tetapi bila tulisan tersebut diikutkan lomba maka akan dibuat sedemikian bagus dengan referensi-referensi yang kompleks mengikuti tema yang telah ditentukan. Akhirnya tersusunlah materi tulisan yang apik, layaknya sebuah tesis sederhana yang siap diuji oleh panelis.

Mengharap Menang Lomba Blog SEO : Kesia-siaan Untuk Newbie
Saya sendiri tidak tertarik mengkuti lomba-lomba blog yang ada embel-embelnya SEO. Kalau orientasinnya adalah menang, maka mengikuti lomba blog SEO adalah kesia-siaan untuk blogger kelas newbie seperti saya. Sudah pasti kalah. Faktor utamanya adalah blog saya baru seumur jagung serta tidak banyak melakukan kegiatan optimasi on maupun off page. Kenapa demikian ?

Kontes SEO mempunyai kriteria penilaian yakni  posisi blog pada search engine dengan keyword tertentu. Bobot penilaiannya lebih kearah munculnya keyword pada blog pada mesin pencarian ketimbang isi materi tulisan. Artinya, sebagus apapun tulisan, kalau blog kita menempati rangking paling buncrit di search engine maka hasilnya adalah 0, alias gigit jari.

Untuk muncul di posisi teratas pada search engine, menurut pendapat mereka yang sudah master, membutuhkan banyak persyaratan teknis dan segudang kesabaran. Itu susahnya, paling tidak untuk orang seperti saya, yang ngeblog hanya untuk mencurahkan uneg-uneg atas apa yang saya lihat, saya dengar dan yang saya rasakan saja.

Kalau toh akhirnya memaksanakan diri mengikuti lomba blog SEO, itu saya maksudkan sebagai penggembira saja atau lebih tepatnya untuk menambah pengetahuan tertentu berkaitan tema lomba. Lomba SEO, terutama yang berhadiah besar, biasanya didominasi mereka yang sudah master dan telah kenyang makan garam dunia internet. Entah kalau menurut sampeyan.


Review Dan Give Away Sangat Menarik, Tetapi...
Lomba review dan menulis bebas seperti give away jauh lebih menarik bagi saya karena technically. penilaiannya tidak didasarkan pada posisi blog dalam search engine, tetapi murni pada isi materi yang dibuat masing-masing blogger. Artinya, semakin banyak referensi yang dibaca akan menghasilkan tulisan yang baik dengan gaya bahasa yang asik pula.

Lomba review dan give away ini sering diadakan oleh perorangan atau komunitas tertentu. Tujuannya tidak jauh berbeda. Biasanya seputar promosi produk, mengumpulkan ide dari blogger lain dan menjaga hubungan silaturahhamin antar blogger saja. Pola ini sangat bermanfaat untuk menaikan traffict pengunjung ke blog penyelanggara. Jauh lebih efektif ketimbang mengeluarkan duit besar untuk menyewa jasa SEO (Search Engine Optimization), SEM (Search Engine Marketing) dan SMO (Social Media Optimization)

Tetapi sangat disayangkan, lomba-lomba blog seperti ini "rentan" terjebak pada primordialisme, kolusi dan nepotisme. Independensi penyelenggara terkadang tidak benar-benar terjadi, pun demikian dengan juri. Hak prerogatif juri sebagaimana termaktub dalam ketentuan, yang bersifat mutlak dan tidak dapat diganggu gugat membuat subyektifitas juri lebih mendominasi.

Subjektifitas juri adalah hal yang sah dan dibenarkan dalam sebuah kompetisi. Menurut saya, yang tidak benar itu adalah manakala subyektifas juri terpengaruh oleh primordialisme tertentu, memutuskan karena dasar nepotisme bahkan karena sebuah kolusi. Memang tidak bisa digeneralisasi secara umum. Tetapi ada baiknya sekali-kali membuktikan dengan membandingkan tulisan yang menang tersebut dengan ratusan tulisan peserta lain dari segi esensi materi, bahasa dan data pelengkap lainnya. Anda akan mendapat jawaban.

Sebuah tulisan itu dibuat oleh penulisnya dengan mencurahkan waktu dan energi lebih, sangat disayangkan kalau harus terabaikan karena alasan tersebut di atas, dan juri gagal menemukan keunikan dan esensi pada setiap tulisan peserta.

Tidak bermaksud apriori atas lomba-lomba blog, toh saya memaknai untuk menyambung tali silahturahhim antar blogger serta menambah ilmu pengetahuan atas hal-hal baru. Terlepas apakah dinilai oleh juri yang fair dan bertanggung jawab atau tidak, Who Cares ?

Saya hanya mencatat hal itu secara subyektif, sama subjektifnya seperti keputusan juri yang merupakan sebuah paradoks. Keep Blogging !

Paradoks Lomba Blog SEO, Give Away dan Review

12 komentar
Kematian Indah


الذين اذا اصابتهم مصيبة قالوا انا لله وانا اليه راجعون

"(Yaitu) orang-orang yang apabila mereka ditimpa oleh suatu kesusahan, mereka berkata: Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jugalah kami kembali."

---oo0oo---

Satu lagi sahabatku dipanggil kembali oleh Allah SWT. Tanpa merasakan tua dan tanpa sakit yang berkepanjangan selain ketika ruhnya dicabut dari badan. Mbak Ratna, wanita pekerja keras yang mengabdikan hidupnya untuk keluarga. Wanita yang ikhlas hidup berdua dengan suaminya tanpa sempat dikarunia seorang anak, berpulang pada Sang Khalik dalam usia yang baru menginjak 40 tahun. Hari ini jasadnya dimakamkan di komplek pemakaman kampung yang berjarak 500 meter dari rumah.

Mbak Ratna seorang yang jago masak. Usaha katering yang dijalankan bersama suami dan 4 orang asisten cukup terkenal. Pelanggannya tidak hanya orang rumahan tetapi juga instansi-instasi. Setiap kali saya punya hajat seperti arisan dan pengajian di rumah selalu menggunakan jasanya.

Wanita mualaf ini sangat rendah hati untuk berbagi ilmu dan bergaul dengan lingkungan. Berteman dan bersahabat dengannya adalah sebuah karunia bagiku. Beberapa hari sebelum kematiannya ini sempat mengajarkan padaku resep membuat masakan sayur pindang daging sapi khas Kudus yang rencana akan saya jadikan bisnis kuliner keluarga.

Satu minggu yang lalu, mbak Ratna sempat menghantarkan jajan saat ibu-ibu sedang latihan angklung di balai RW. Sorotan matanya memang sudah sayu seperti lelah. Hampir semua ibu-ibu mengatakan hal yang sama. Dan ternyata itu pertemuanku yang terakhir dengannya.

 "Suk nek aku mati aku ora njaluk opo-opo, aku mung njaluk disholati karo didongakno (Besok kalau saya mati tidak akan membawa apa-apa. Hanya minta untuk di sholatkan dan di doakan)." Kata-kata ini diucapkannya kepada Mbak Mira, salah satu tentangga, 3 hari yang lalu.  Seperti telah memberi isyarat akan pergi selamanya.

Menjelang Ashar sebelum malaikat maut menjemputnya, sempat bilang kepada Mas Sulis suaminya yang hendak ke masjid. " Mas, aku didongakno, yo (Mas saya dido'akan ya)." Memang sudah 2 hari itu mbak Ratna mengeluh sesak nafas. Entah karena masuk angin atau karena memang seperti itu kondisi tubuh menjelang kematian.

Kata-kata terakhir yang diucapkannya ketika ruh dicabut dari badannya adalah Allahu Akbar, Astagfirulloh beberapa kali dan akhirnya tersandar lunglai di bahu salah satu asistennya, Senin, 2 Juni 2014 pk.17.15 WIB. Ketika itu suaminya mengantar pesanan katering kepada pelanggan. Nglimpe, kata orang jawa bilang.

Sungguh kematian yang indah dan khusnul khotimah bagi Mbak Ratna, Insya Allah. Kematian yang diharapkan oleh siapa saja termasuk saya. Selamat Jalan Mbak Ratna. Insya Allah engkau mendapat kemudahan menjawab pertanyaan Munkar dan Nakir di alam barzah. Kebaikan dan keikhlasanmu berbagi ilmu dengan siapa saja akan menjadi teman-teman cahayamu.

Maafkan atas segala khilafku dan aku ikhlas bersahabat denganmu !    


Meninggal Tanpa Merasakan Tua

4 komentar


Sering saya melihat kakek dan nenek berjalan berdua dengan bergandengan tangan. Walaupun usianya sudah "sepuh" tetapi saya masih melihat aura kemesraan di antara keduanya. Seperti iklan motor yamaha Touching your heart pokoknya. Sangat menyentuh.

Saya berfikir, apa yang membuat mereka saling mencinta dan tetap mesra sampai tua. Apakah hanya karena kekuatan cinta yang menghasilkan komitmen masa lalu atau karena apa. "Wis dek, pokoknya apapun yang terjadi kita selalu satu hati dan kita jalanin bersama," begitu kurang lebihnya, seperti iklan motor Honda "One Heart"

Kalau hanya karena kekuatan cinta kok sepertinya tidak. Karena cinta itu bisa saja luntur karena gerusan waktu. Coba lihat, mereka yang bercerai bukanya dulu hatinya haru biru penuh dengan cinta yang akhirnya berbuah pernikahan. Jarang pernikahan terjadi tanpa cinta di antara keduanya. Kalau masih ada, itu sebuah pengecualian dalam perspektif masyarakat saat ini. Barangkali satu di antara seribu orang.

Saya pernah bertanya pada seseorang. Sebut saja namanya Mbah Jarwo dan Mbok Sarni. Kebetulan ketemu sama kakek-nenek tersebut di sebuah warung es cendol di pinggiran jalan. Ketika saya tanya tentang apa resepnya kok bisa mesra sampai tua. Apa jawaban mereka? Kalau saya translate ke dalam bahasa Indonesia seperti ini :
"Kami telah sepakat menghormati "ikatan pernikahan". Kami telah menyerahkan diri masing-masing untuk lebur pada ikatan itu. Kami juga tidak berfikir atas perceraiaan, karena hidup cuman sekali. Kalau sudah diberi jodoh Tuhan satu ya itu sampai mati. Menerima pemberian itu dengan syukur "
Dari jawaban ini saya menyimpulkan bahwa, "Nrimo ing Pandhum" atau menerima pemberian Tuhan apapun itu dan seberapun itu disertai syukur yang menjadi prinsip Mbah Jarwo dan Mbok Sarni.

Ternyata prinsip hidup yang sederhana itu menentramkan hidup itu sendiri. Apa masih cocok prinsip tersebut diterapkan di jaman yang serba gemerlap ini ? Silahkan anda maknai sendiri. Yang pasti sudah ada contoh kehidupan itu.

Semoga saya seperti Mbok Sarni dan Bapaknya anak-anak seperti Mbah Jarwo, dapat menikmati waktu dan menanti tua bersama, setelah itu baru mati.


Menikmati Waktu, Menanti Tua Bersama

2 komentar
tagline


Pertumbuhan Internet di Indonesia menunjukan indikasi kenaikan dari tahun ke tahun. MGDs memprediksikan bahwa hingga akhir tahun 2014 pengguna internet di Indonesia mencapai 107 juta atau 44% dari total populasi penduduk 244,567,355 jiwa dan akan terus tumbuh sampai tahun 2015 hingga mencapai 139 juta pengguna.

Pertumbuhan pengguna internet ini mengakibatkan suburnya bisnis media online berupa informasi maupun e-commerce. Jumlah penduduk Indonesia yang merupakan terbesar kelima di dunia setelah AS, dipandang juga sebagai pangsa pasar investasi yang menggairahkan untuk bisnis ini. Apalagi gaya hidup masyarakat Indonesia yang cenderung hedonis dimana kepuasaan menjadi orientasi utama.

Ketika internet dan gadget sudah sedemikian akrab dengan masyarakat, maka sejak itulah masyarakat menjadi bagian dari kampung besar dunia dimana limitasi geografis sudah semakin samar. Masyarakat akan sedemikian rupa "menggantungkan" hidupnya pada internet dan periperalnya. Akhirnya, kebutuhan akan informasi yang update sangat penting.

Patut mendapat apresiasi tinggi atas hadirnya suara.com yang ikut meramaikan binis media online dalam hutan belantara intenet yang tidak lagi bisa dipetakan ini. Setidaknya dengan hadinya suara.com dalam naungan PT. Mata Media Nusantara, memperkaya khasanah berita online bagi Indonesia. Welcome To The Junggle !

USER EXPERIENCE
Menarik sekali ketika saya mencoba menikmati sajian yang dihidangkan, sebagai seorang pembaca, saya mempunyai kesan positif pada suara.com. Paling tidak menyangkut dua pointer berikut yang saya anggap penting :

a. Interface dan Konten
Masuk ke halaman utama suara.com, pengunjung disuguhi isi website yang "eye catching" di dominasi warna cerah yang merupakan ciri khas portal berita kebanyakan. Suara.com sepertinya tidak memfokuskan pada sebuah kajian berita tertentu secara spesifik, maka kanal-kanal yang disajikan pun bersifat general, tidak jauh berbeda dengan portal-portal berita lain pada umumnya.

Walaupun demikian, penyajian konten nyambung dengan pembaca. Artinya, pembaca tidak disuguhi dengan bahasa yang rumit seperti kerumitan bahasa di media cetak. Setiap berita disampaikan secara padat tidak lebih dari 300 kata. Hal ini memberikan keuntungan bagi pembaca untuk mencerna dan menelaah isi berita dengan cepat, kemudian pindah ke berita terkait atau kanal lainnya secara nyaman.

b. Acces Speed
Kecepatan akses menjadi sangat penting untuk sebuah portal media online. Ini akan menjadi pengalaman yang sangat menentukan, apakah pembaca merasa nyaman bila mengaksesnya atau tidak. Open page dengan tool pingdom, menunjukan bahwa kecepatan akses lumayan cepat, baik itu melalui gadget (blackberry) maupun laptop. Suara.com mendaptkan score 94 dari 100 poin.

Saya memahami bahwa nilai ini tidaklah absolut karena tergantung pada banyak faktor termasuk kondisi jaringan pada saat saya melakukan pengujian dan juga keterbatasan pengetahuan pemilihan alat uji dan cara pengujian yang benar..

Website speed test



Terlepas dari dua pointer di atas, ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian redaksi. Pendapat ini sangat subyektif  dan mungkin berbeda dengan maksud dan tujuan sebenarnya suara.com ini didirikan. Beberapa hal tersebut adalah :   

1. KANAL OPINI / ANALISA
Mengingat portal berita cenderung dijadikan rujukan / referensi kebanyakan pembaca, maka perlu rasanya membuat kanal khusus berupa OPINI atau ANALISA hasil pikir para ahli dalam berbagai disiplin keilmuan. Hal ini perlu karena biasanya menyajikan ulasan khas dan mendalam. Para ahli tersebut dirujuk langsung oleh redaksi suara.com. Ini berbeda dengan kanal YOUR SAY yang hanya berisi berita reportase bukan analisis;

Jujur saja saya tidak terlalu familiar dengan bahasa ini. Barangkali maksud dari redaksi adalah untuk membedakan dengan porta lain dari segi pemakaian istilah dimana portal lain sudah menggunakan kata Forum, Komunitas, dan lain-lain.

Kalau toh pun harus sama, saya pikir tidak akan menjadi persoalan karena pembaca akan menilai dari segi manfaat dan isi konten;  

Istilah ini memang umum dipakai oleh banyak portal berita, akan tetapi menurut saya pemakaian kata TEKNO mempunyai pengertian yang sempit bila dibandingkan dengan istilah INOVASI atau SAINS yang lebih luas cakupannya. Kemudian baru dibuatkan sub kanal sesuai kebutuhan, seperti Gadget, Teknologi, Software, dll;

(Sejak kapan Gangnam Style masuk berita teknologi ? sepertinya hanya si suara.com :))

gangnam style

Walaupun nampak sepele, widget ini sangat penting bagi sebagian orang yang menginginkan berita terbaru langsung terkirim ke alamat email secara pribadi.

Untuk mulai tracing berita di suara.com bisa saja pembaca melakukan pengetikan langsung di url bar, tetapi akan sangat membatu pembaca bila redaksi melengkapinya dengan fasilitas download aplikasi suara.com, baik untuk Blackberry, Andaroid, Windows Phone dan Iphone;

Perlu menciptakan komunitas / member pembaca dengan memberikan fasilitas login baik dengan menautkan akun facebook, twitter atau by email. Selanjutnya login ini sangat berguna untuk memberikan rating berita, komentar atau bahkan mini site yang bisa dikelola sendiri oleh member.

Ketika pembaca masuk kedalam halaman berita, muncul 2 (dua) share sosial media yang sama. Ini menjadi mengganggu karena muncul di atas dan di bawah postingan. Alangkah baiknya kalau hanya memakai satu buah saja. 

suaradotcom

Agar pembaca menikmati posting berita dengan nyaman, perlu dipikirkan kembali penempatan widget like facebook dan follow twitter. Tidak terlalu banyak, cukup satu buah yang ditempatkan di area footer atau header kanan atas maupun sidebar, BUKAN dibawah postingan berita karena tidak berfungsi sebagai pemberi rating berita atau share sosial media.

suaradotcom

Pengujian responsive dengan mengunakan handphone android Smartfren Andromax-I, masih ada bug karena muncul notifikasi error dan tidak bisa dibuka sama sekali dengan gadget ber OS android.

error


Interface sangat bagus, akan tetapi bila di akses melalui gadget, blackbery misalnya, pembatasan jumlah tampilan postingan dirasa terlalu banyak. Walaupun terlihat tombol back to top, tetapi tidak nyaman bagi pembaca. Akan lebih menarik bila membatasi jumlah tampilannya kemudian menambah kanal-kanal dan tag berita/trending news di footer agar pembaca tidak perlu scroll up kembali.


suaradotcom



Tag berita sangat bermanfaat sebagai teaser bagi pembaca untuk memilih berita yang menjadi treding topik terbaru atau sesuai dengan interest masing-masing. Suara.com memang sudah memiliki ini akan tetapi baru akan muncul bila pembaca masuk ke dalam posting berita. Apakah ini menjadi strategi dari redaksi ? Semoga tidak.

suaradotcom


Setelah melihat secara keseluruhan baik dari interface, performance, Responsivebilitas dan kecerdasan dalam mengemas berita, saya berkeyakinan bahwa suara.com mampu bertarung dengan portal-portal berita online lainya yang sudah ada sebelumnya. 

Kalau toh ada kekurangan beberapa hal di sana-sini, itu hal wajar mengingat suara.com masih dalam format beta dan tentu saja akan mengalami perubahan-perubahan sesuai dengan perjalanan waktu. 

TAG LINE

----oo0oo----







----oo0oo----

Bacaan :
a. Suara.com
b. apjii.or.id 

Suara [dot] com : Cerdas Tegas Memberitakan !

5 komentar