Semalam saya kembali melakukan blog walking ke beberapa blogger lain dalam jagat maya yang kiat kompleks. Saya memaknai blog walking ini sebagai bentuk silahturrahim virtual, mencari tambahan motivasi diri dan pulang membawa pengetahuan baru. Selain itu juga sebagai hiburan setelah seharian mendampingi anak-anak dan melakukan tugas harian seorang ibu negara dalam keluarga.
Saya mampir ke sebuah blog yang menurut saya bagus dan spesifik karena hanya fokus membahas bahasa pengkodean (coding). Sulit bagi saya untuk memahami karena butuh keahlian khusus, dan itu bukan ranah interest saya.
Bukan isi posting blog yang menjadi ketertarikan saya akan tetapi profile penulis yang ada di menu about. Sebagai informasi saja, kebiasaan saya bila masuk ke dalam blog orang lain, pertama kali saya mencari tahu dulu informasi tentang penulis sebelum menjelajah satu persatu isi postingnya. Termasuk juga blog yang saya kunjungi ini.
Dalam menu about tersebut, penulis menuliskan beberapa keterangan diri baik itu asal usul maupun interesnya. Termasuk di dalamnya adalah cita-cita, yang menyebutkan bahwa penulis ingin "menjadi orang sukses". Apa yang menarik bagi saya atas hal ini?
Walaupun "menjadi orang sukses" sangat umum dipakai untuk menggambarkan sebuah cita-cita (termasuk saya), akan tetapi akhirnya saya malah menyalahkan diri saya sendiri atas cita-cita itu. Hingga sedikit ada penyesalan begitu. Kenapa demikian ?
Cita-cita menjadi orang sukses menurut saya sebuah cita-cita yang salah. Karena cita-cita tersebut jadi ambiguit dan tidak terdifinisi dengan baik. Sebuah cita-cita itu perlu ada ketegasan dalam jelas karena erat kaitannya dengan langkah, upaya, usaha dan cara-cara dalam menggapainya.
Sebagai analogi, ketika suami meminta saya membuatkan sayur bening misalnya, maka anggap saja itu menjadi cita-cita saya sesaat untuk mewujudkannya. Definisi sayur bening sangat jelas bagi saya dan secara umum berbeda dengan definisi sayur lodeh. Minimal saya sudah ada gambaran terlebih dahulu atas bahan-bahan yang diperlukan.
Rangkaian langkah selanjutnya adalah belanja ke pasar, membeli bayam, garam, dan bumbu-bumbu yang lain yang dibutuhkan. Tidak mungkin saya membeli bahan-bahan untuk membuat sayur lodeh. Setelah itu berlanjut pada prosesi memasak air, mencampurkan bahan-bahan, mencicipi rasanya dan jadilah masakan yang namanya sayur bening. Terlepas dari rasa dan penyajiannya, tetapi itulah sayur bening yang diminta suami.
Sama dengan cita-cita seseorang untuk menjadi dokter. Difinisi dokter sangat jelas yakni seseorang yang mempunyai keahlian menyembuhkan penyakit medis dengan ilmu kedokteran. Oleh karenanya fakultas yang harus diambil adalah fakultas kedokteran bukan fakultas hukum atau sospol.
Setelah masuk ke fakultas ini, maka orang tersebut akan berupaya untuk mempelajari ilmu-ilmu kedokteran misal Fundamental of Biomedical Sciences (FBS), anatomi tubuh manusia dan lain sebagainya. Setelah proses dilalui dengan baik maka setelah diwisuda jadilah dia seorang dokter.
Walaupun sudah berpredikat sebagai dokter, akan tetapi masih dokter umum belum spesialis, karena untuk menjadi spesialis membutuh keilmuan tertentu yang lebih spesifik lagi. Akan tetapi cita-cita menjadi dokter sangan jelas disini dan terdifinisi dengan baik sehingga seseorang pasti akan mudah merencanakan langkahnya dengan tepat dari awal.
Hal ini sangat bebeda dengan cita-cita "menjadi orang sukses". Selain karena sukses itu multi tafsir, cita-cita ini terlalu luas dan menimbulkan kesulitan untuk dirumuskan cara, pola dan langkah yang harus diambil.Kata sukses itu merupakan pelangkap dari cita-cita yang terdifinisi, misal dokter yang sukses, pengusaha yang sukses dan lain sebagainya.
Jadi, jangan bercita-cita menjadi orang sukses kalau tidak mau terdampar dalam situasi yang membingungkan dan tidak fokus dalam meraihnya. Masih mending bercita-cita menjadi ibu rumah tangga, itu jelas perkerjaannya dan salah satunya adalah menerima gaji suami di awal bulan. :)